Owning a hybrid car does have many advantages, besides fuel efficiency, it is also more environmentally friendly.

However, before deciding to have one, it would be nice to understand one important thing that is often overlooked, namely how to calculate hybrid car taxes.

This tax may be lighter than a conventional car, but it still needs to be carefully calculated.

For information. Hybrid cars include vehicles with electrification technology that generally get incentives from the government. This aims to encourage people to switch to more environmentally friendly vehicles. Therefore, the way to calculate hybrid car tax is different from pure gasoline cars.

Some regions provide vehicle registration fees (BBNKB) deductions or annual tax reductions. But this deduction can vary depending on regional policies. For example, in DKI Jakarta, battery-based electric motor vehicles (including hybrids) can get up to 100% BBNKB exemption.

Before doing the simulation, there are several main components in how to calculate hybrid car tax that need to be known:

• PKB (Motor Vehicle Tax): Calculated from the vehicle selling value (NJKB) × tax rate (generally 1.5% for the first vehicle).
• SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan): A flat fee of around Rp143,000 per year.
• BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor): About 10% of the NJKB, but can be waived if it is in the eco-friendly category.
• Progressive tax: Applicable if the vehicle is not the first in the owner's name.

Simple Simulation Example

Imagine a hybrid car with a NJKB of Rp300,000,000. If the PKB rate is 1.5%, then:

• PKB = Rp300,000,000 × 1.5% = Rp4,500,000
• SWDKLLJ = Rp143,000
• BBNKB = Rp0 (if exempted)
• Total tax = Rp4,643,000 per year

This figure can be much smaller than a conventional car with the same NJKB due to special discounts or incentives.

Still with the same NJKB (Rp300 million), a regular gasoline car will be subject to BBNKB of 10% of the NJKB (Rp30 million) at the time of purchase, and still pay an annual PKB of around Rp4.5 million without deductions. This is where it is important to understand how to calculate hybrid car tax, because from the initial purchase to the following years, the total cost of ownership can be lighter.

Indonesia

Memiliki mobil berjenis hybrid memang memiliki banyak keuntungan, Selain efisiensi bahan bakar, juga lebih ramah lingkungan.

Meski begitu, sebelum memutuskan untuk memilikinya, alangkah baiknya memahami satu hal penting yang serign dilewatkan, yakni cara menghitung pajak mobil hybrid.

Pajak ini bisa jadi lebih ringan dibanding mobil konvensional, tapi tetap perlu diperhitungkan secara matang.

Sebagai informasi. Mobil hybrid termasuk kendaraan dengan teknologi elektrifikasi yang umumnya mendapatkan insentif dari pemerintah. Ini bertujuan mendorong masyarakat beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Maka dari itu, cara menghitung pajak mobil hybrid berbeda dari mobil berbahan bakar bensin murni.

Beberapa wilayah memberikan potongan bea balik nama kendaraan (BBNKB) atau pengurangan pajak tahunan. Tapi potongan ini bisa berbeda-beda tergantung kebijakan daerah. Misalnya di DKI Jakarta, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (termasuk hybrid) bisa mendapat pembebasan BBNKB hingga 100%.

Sebelum melakukan simulasi, ada beberapa komponen utama dalam cara menghitung pajak mobil hybrid yang perlu diketahui:

• PKB (Pajak Kendaraan Bermotor): Dihitung dari nilai jual kendaraan (NJKB) × tarif pajak (umumnya 1,5% untuk kendaraan pertama).
• SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan): Biaya tetap sekitar Rp143.000 per tahun.
• BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor): Sekitar 10% dari NJKB, tapi bisa dibebaskan jika masuk kategori ramah lingkungan.
• Pajak progresif: Diberlakukan jika kendaraan bukan yang pertama atas nama pemilik.

Contoh Simulasi Sederhana

Bayangkan ada mobil hybrid dengan NJKB Rp300.000.000. Jika tarif PKB 1,5%, maka:

• PKB = Rp300.000.000 × 1,5% = Rp4.500.000
• SWDKLLJ = Rp143.000
• BBNKB = Rp0 (jika dibebaskan)
• Total pajak = Rp4.643.000 per tahun 

Angka ini bisa jauh lebih kecil dibandingkan mobil konvensional dengan NJKB sama karena adanya potongan atau insentif khusus.

Masih dengan NJKB yang sama (Rp300 juta), mobil bensin biasa akan terkena BBNKB sebesar 10% dari NJKB (Rp30 juta) saat pembelian, dan tetap membayar PKB tahunan sekitar Rp4,5 juta tanpa potongan. Di sinilah pentingnya memahami cara menghitung pajak mobil hybrid, karena dari awal pembelian hingga tahun-tahun selanjutnya, biaya total kepemilikannya bisa lebih ringan.